Pengendalian Hama Lalat Buah Pada Tanaman Jeruk
Salah satu hama yang menyerang tanaman jeruk adalah lalat buah. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi lebih luas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila buah dibelah, pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini dapat mencapai 30-60%.
Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari mekanis, kultur teknis, biologi dan kimia. Di alam, lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus biosteres dan opius dan beberapa predator seperti semut, sayap jala Chrysopidae, kepik Pentatomide dan beberapa kumbang tanah. Cara mekanis untuk mengendalikan lalat buah adalah dengan pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen terutama buah sortiran agar tidak menjadi inang potensial sebagai sumber serangan berikutnya. Pengendalian mekanis dilakukan juga dengan mengumpulkan buah yang busuk atau sudah terserang kemudian dibenamkan kedalam tanah atau dibakar.
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah (membalik tanah) dibawah pohon/tajuk tanaman dengan tujuan agar pupa terangkat ke permukaan tanah sehingga terkena sinar matahari dan akhirnya mati. Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan senyawa perangkap/atraktan yang dikombinasikan dengan insektisida. Senyawa yang umum digunakan adalah Methyl Eugenol. Caranya dengan meneteskan pada segumpal kapas sampai basah namun tidak menetes dan dipasang pada perangkap yang sederhana, modifikasi dari model perangkap Steiner. Perangkap dipasang dekat pertanaman atau pada cabang atau ranting tanaman jeruk. Pemasangan dilakukan sejak buah berumur ± 1,5 bulan sampai panen. Pemberian cairan atraktran diulang setiap 2 minggu sampai 1 bulan. Setiap satu hektar dapat dipasang 15-25 perangkap.
Sumber:
Dwiastuti, Mutia Erti, Anang Triwiratno, Otto Endarto, Susi Wuryantini, dan Yunimar. 2004. Panduan Teknis Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk. Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik, Batu.
(Disusun oleh: M. Zuhran, SST., MP.)